Tukang fitnah, tukang fitnah. Memfitnah orang-orang baik jadi buruk. Memfitnah mereka-mereka yang bijak jadi korup. Mendulang angkara murka dengan ocehan.

Di hotel-hotel megah berbintang mewah, di gedung-gedung menjulang tinggi tanpa ujung, tegak ia berdiri penuh muak iri dengki. Meraung-menggonggong bak anjing kehausan di siang bolong.

Tukang fitnah, tukang fitnah. Hidup dari rasa benci yang membabi. Lahir dan tumbuh dari jiwa rakus tak terbatas. Asa, mimpi, dan cita-cita yang mulai orang bangun, ia lumat dan bunuh dengan nada-nada jalang. Semua hanya sebab hasrat yang tak terbalas.

Tukang fitnah. Tebar benci di Ibu Kota. Angkuh gayanya bak penjajah. Kotoran ia makan tanpa ragu. Ia muntah untuk yang lain tanpa malu.

Tukang fitnah. Karibnya para tikus got jalanan. Centengnya aparat yang haus darah sesama. Meneeror hidup, meleburnya jadi neraka paling jahanam.

Tukang fitnah, tukang fitnah. Kelak masa akan tiba untuk bicara. Karma itu akan lantang tak terperih. Bukan manusia, malaikat, atau tuhan sekali pun, hidup sendiri yang akan berlaku dan berbuat.

Note: Terinspirasi dari “Sajak Tukang Gusur“-nya Fadli Zon.